Ranjangku Sebagai Saksi Pelempiasan Nafsu Mimpiku.


Di setiap mengalirnya pikiranku. 
Aku  dengan telanjang ingin menanggalkan segala hasratku
Namun itu semua aku tak berani. 
Dengan secara terpaksa harus mengurung niat di
alam lembah kesunyian dari hati. 

Pada peristiwa malam ini. 
Aku ingin kembali berkisah tentang rasaku 
untuk mencapai puncak tertinggi dari hasratku. 

Peristiwa bahasa senja lalu. 
Membuat saya jatuh dari ranjangku. 
Sorakan bahagia sempat tersampai dalam ekspresiku. 
Namun dengan sekejap hal itu berakhir. 
Aku berpikir puncak dari segala rangsangan itu. 
Ketika semua kembali keluar dari berbagi urat 
yang merentang kesegala saraf.
dan ketika itu mulutku bersorak dan bulu kudukku merinding.
ranjang itu hanya terkekeh melihat nasib mimpiku.
dirinya sebagai saksi bisu atas tingkahku


Kini saya betul-betul mati
harapan mencapai segala hasrat
kini pupus di tengah pertengkaran rasa masyarakat dunia.
waktuku untuk mencumbuimu
tak lagi bisa kuraih.
Nafsuku untuk mencapai puncak pun
kini harus berakhir di tengah bencana kemanusiaan.
Harapanku mati dalam sebuah penantian
yang akan datang.

Komentar

  1. Luar biasa sobat sungguh perwakilan rasa yg sempurna... percayalah sobat dirimulah yg terbaik, pertengkaran rasa masyarakat dunia dan bencana kemanusiaan tidak akan membuat mu tumbang untuk mencapai segala harapan mu...

    BalasHapus
    Balasan
    1. Termkasih sibat. Musim ini menjadi refleksi panjang akan sebuah petualanG menemu mimpi. Tidak lupa utk tetap berdoa bagi yg mereka yg mimpinya telh usai di hadoan Corona.

      Hapus
  2. Balasan
    1. Termkasih Na. Semangat utk tetp mwnulis sgla resah.

      Hapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL

Kata Yang Bakar Menyala