Bagian 1; Alasan laki-laki kadang tak masuk akal untuk sebuah cinta

Mimpi itu telah mengantarnya untuk segera kembali pulang. Mendengar bunga palsu yang katanya hidup di tangan gadis itu dan harum bagai mawar yang tak berduri. Sungguh suguhan itu pujian yang tak masuk di akal.

Tercengang tak mengerti tentang sebuah arti dari sebuah bahasa dunia yang sangat beragam. Tak mengerti pada sebuah arti segala tindakan. Membuat teriakan itu makin menggelar mengusir segala hening yang menjadi saksi. Kemudian pergi.

Lamaran itu dimulai ketika lelaki itu memasuki ruang gadis itu bersama keluarga menanti. Di sana seorang gadis sedang menantinya sejak baskara menampakan bayangnya pada bahu bukit. Sebuah pilihan waktu yang cukup aneh dari lazimnya. Yang tau tentang sebuah maksud itu adalah hanyalah kedua pasangan tersebut. Semua itu atas inisiatif  dari calon suami gadis itu.  Yang katanya ia cerdas membaca sebuah kehidupan. 

Jadi istri baginya haruslah seperti ayam bagi suami dan anak. Berkokok sebelum fajar tiba. Agar anak dan sumai kelak senantiasa dapat merasakan kehidupan pada pagi hari. Dengan udara yang belum tersentuh polusi aktivtas manusia. Agar mereka tetap tumbuh sehat.  Seperti itu isi kepala yang dituangkannya untuk gadis itu pada pertemuan di waktu senja. 

Namun waktu hadir lelaki itu berjalan lain dengan perjanjian yang telah dihidangkan bagi gadis itu pada waktu senja. Dia tiba setalah matahari ingin terbenam. Sejuk sungguh terasa bagi dada sang lelaki. Sementara bagi gadis itu sungguh terasa sesak. Penantian yang cukup lama dengan adonan yang melapisi kulit hampir luntur. Kecewa sangat tertanam di lubuk hatinya. Namun kehadiran lelaki itu memaksanya untuk memberi ruang tawa. Ia terlihat bagai ratu. Dan laki-laki itu bagai raja. Berpakaian rapi dengan langkah yang santai. Di tangannya digenggam sebuah kotak kecil berwarna merah. 

Di hadapan gadis itu ia tunduk lalu menurunkan sebelah kakinya untuk berlutut lalu perlahan menengadah. Senyum sumringah dipaparnya pada hadirin. Dibukanya perlahan kotak itu yang biasanya berisikan cincin. Namun yang dibawanya hanya sekeping perak lima ratusan. 

Ekspresi wanita itu tersontak muram. Lalu ingin berteriak dihalang oleh lelaki itu untuk menjelaskannya. 

"Dari Perak ini kita akan mulai membangun rumah tangga kita," jelas lelaki itu. 

Dasar lelaki tidak becus, lemah. Bagaimana akalmu untuk memecahkan rupiah itu menjadi alat pemenuhan kebutuhan di awal kehidupan rumah tangga nanti," teriak gadis itu lalu berlari dari ruang itu. "Kenapa engkau tidak bawa cincin saja, inikan masih tahap mengikat cinta. Kau lecehkan harapanku. Kecerdasanmu sebagai lelaki kadang tidak masuk akal dalam sebuah cinta."
sumber; google 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

STRATIFIKASI SOSIAL

Ranjangku Sebagai Saksi Pelempiasan Nafsu Mimpiku.

Sobekan Kertas di Angin Malam